Dalam Tavip ditegaskan
bahwa “Asia Tenggara adalah pusat telengnya kontradiksi-kontradiksi dunia
(halaman 31). Jadi Tavip menyebut tentang adanya
kontradiksi-kontradiksi dunia. Memang kita tidak bisa memahami perkembangan
masyarakat dunia, apalagi membangun dunia kembali, jika kita tidak memahami
kontradiksi-kontradiksi dunia, sebagaimana halnya kita tidak bisa memahami hal-ihwal
atau materi apabila kita tidak memahami kontradiksi-kontradiksi yang selamanya
ada dalam setiap hal-ihawal atau materi itu.
Misalnya, untuk mengetahui
keadaan Indonesia sekarang, kita mesti mengetahui tentang
kontradiksi-kontradiksi yang ada di Indonesia sekarang seperti kontradiksi
antara nasion Indonesia dengan imperialisme, kontradiksi antara kaum tani
dengan feodalisme, kontradiksi antara buruh dengan kapital, dan sebagainya.
Dalam diri kita sendiri pun terdapat kontradiksi-kontradiksi dan setiap hari
kita menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi tersebut, misalnya kontradiksi
antara pikiran kolot dengan pikiran progresif, kontradiksi antara malas dengan
aktif, kontradiksi antara baik dengan jelek. Dan kalau kita terus berusaha
setiap hari menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi dalam diri kita dengan
memenangkan segi-segi yang positif dan mengalahkan segi-segi yang negatif, maka
kita akan terus maju menjadi seorang revolusioner yang baik. Sesungguhnya tugas
kaum revolusioner tidaklah lain daripada menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi
baik dalam masyarakat maupun dalam pikiran.
Jadi, apakah
kontradiksi-kontradiksi di dunia dewasa ini? Ada banyak kontradiksi di dunia.
Tetapi dari yang banyak itu ada 4kontradiksi dasar. Dengan kontradiksi
dasar dimaksudkan, kontradiksi-kontradiksi yang memberi ciri kepada
dunia kita dewasa ini. Kontradiksi-kontradiksi lain yang terdapat di dunia kita
sekarang, misalnya kontradiksi antara negara-negara NEFO, termasuk antara
negara-negara Sosialis, adalah kontradiksi-kontradiksi tidak dasar, adalah
bukan kontradiksi-kontradiksi yang memberi ciri pada dunia kita sekarang.
Empat kontradiksi dasar itu
ialah:
1. Kontradiksi
antara Sosialisme dengan imperialisme (kapitalisme monopoli).
2. Kontradiksi
antara proletariat dengan borjuasi di negeri-negeri kapitalis.
3. Kontradiksi
antara nasion-nasion tertindas dengan imperialis.
4. Kontradiksi
antara imperialis dengan imperialis.
Dua kontradiksi yang
terdahulu, yaitu kontradiksi antara Sosialisme dengan imperialisme dan antara
proletariat dengan borjuasi (kaum kapitalis) di negeri-negeri kapitalis, adalah
kontradiksi-kontradiksi yang penyelesaiannya bertujuan menciptakan masyarakat
sosialis di dunia. Sedang penyelesaian kontradiksi nomor 3, yaitu kontradiksi
antara nasion-nasion tertindas dengan imperialis, bertujuan melahirkan
negara-negara merdeka seperti yang terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Bila kontradiksi ini diselesaikan dengan konsekuen, maka perspektifnya ialah
masyarakat Sosialis pula, tetapi bila setengah-setengah (tidak konsekuen) maka
hanya akan melahirkan negara-negara semacam “Malaysia” atau negara-negara yang
menempuh jalan kapitalisme dan tidak dapat melepaskan ketergantungannya pada
imperialisme.
Kontradiksi antara
Sosialisme dengan imperialisme, antara proletariat dengan borjuasi di
negeri-negeri kapitalis, dan antara nasion-nasion tertindas dengan imperialisme
menampakkan diri dalam perjuangan raksasa untuk menggulingkan kekuasaan
imperialis dan sistem kapitalis di muka bumi ini. Perjuangan-perjuangan ini
merupakan konfrontasi antara NEFO dan OLDEFO.
Kontradiksi antara kaum
imperialis tidak akan dapat diselesaikan oleh kaum imperialis sendiri.
Kontradiksi ini baru dapat diselesaikan jika kaum buruh dan semua Rakyat
pekerja di semua negeri imperialis bangkit dan berhasil menggulingkan kekuasaan
imperialis. Sudah dua kali perang dunia dicetuskan oleh kaum imperialis, tetapi
kontradiksi di kalangan mereka hingga kini masih ada dan akan tetap tak
terselesaikan oleh mereka sendiri.
Antara keempat-empat
kontradiksi terdapat saling-hubungan dan saling-pengaruh. Maka itu, untuk
mengubah ciri dunia dewasa iniatau untuk membangun dunia kembali, kita
harus berjuang dengan gigih dan memecahkan keempat kontradiksi dasar tersebut.
Tetapi, kita tidak cukup
hanya mengenal keempat kontradiksi-dasar. Kita tidak hanya harus pandai
membedakan kontradiksi dasar dari kontradiksi-kontradiksi lainnya yang tidak
dasar (misalnya kontradiksi antara negara-negara NEFO, termasuk antara
negara-negara Sosialis, dan lain-lain), tetapi kita harus juga pandai memilih
dari kontradiksi dasar ini, mana yang merupakankontradiksi pokok, yaitu kunci
dari kontradiksi-kontradiksi dasar tersebut. Atau dapat juga dikatakan
bahwa kontradiksi pokok adalah kontradiksi yang menentukan keadaan dan
perkembangan kontradiksi-kontradiksi lainnya.
Dari pergolakan perjuangan
revolusioner di seluruh dunia dewasa ini, dapat kita ketahui bahwa dari 4
kontradiksi dasar tersebut, ada 2 kontradiksi pokok, yaitu:
1. Kontradiksi
antara Sosialisme dengan imperialisme, dan
2. Kontradiksi
antara nasion-nasion tertindas dengan imperialisme.
Dewasa ini dalam skala
dunia, kedua kontradiksi-pokok itu merupakan 2 arus perkasa melawan
imperialisme, yang bersatu menjadi satu arus besar Revolusi Dunia.
Adalah wajar bahwa
kontradiksi antara Sosialisme dengan imperialisme merupakan kontradiksi pokok
karena imperialisme yang dikepalai oleh Amerika Serikat tetap bertujuan untuk
menghancurkan Sosialisme. AS tidak bisa merajai dunia selama ada negeri
Sosialis seperti Uni Soviet dan RRC yang mempunyai senjata nuklir. Jadi,
walaupun ada sementara orang mau mengaburkan kontradiksi itu, namun tetap
kontradiksi antara Sosialisme dengan imperialisme adalah kontradiksi pokok.
Kontradiksi pokok yang lain
adalah kontradiksi antara nasion-nasion tertindas dengan imperialisme.
Kontradiksi ini terang dan jelas terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Di daerah AAA, dewasa ini
terdapat situasi revolusioner yang terus menanjak dan mematang sebagaimana
dibuktikan oleh tingkat perjuangan Rakyat revolusioner yang menggelora dengan
hebatnya di daerah ini. Mata rantai imperialisme yang paling lemah terdapat di
Benua AAA. Oleh karena itu, di tempat di mana imperialisme lemah ini harus menjadi
titik berat perjuangan mengganyang imperialisme. Bahkan, dewasa ini bentuk
konfrontasi yang tertinggi, yaitu perjuangan bersenjata, terdapat di
negeri-negeri AAA. Hal ini tidak hanya dibuktikan oleh perjuangan bersenjata
Rakyat Vietnam Selatan, ataupun oleh Rakyat Konggo dan Venezuela, tetapi juga
oleh perjuangan Rakyat Indonesia sendiri, misalnya perjuangan untuk membebaskan
Irian Barat di masa lalu dan sekarang perjuangan mengganyang “Malaysia” dengan
melatih barisan-barisan sukarelawan. Rakyat Indonesia belum melepaskan senjata
dari tangannya, malahan masih memegangnya dengan kuat-kuat.
Perjuangan Rakyat AAA
sekarang ini benar-benar telah menggoncangkan dan mengobrak-abrik imperialisme
yang dikepalai oleh imperialisme AS. Oleh karena itu, kontradiksi antara
nasion-nasion tertindas dengan imperialisme, bukan hanya merupakan kontradiksi
pokok di dunia sekarang, tetapi adalah kontradiksi terpokok, yang
memimpin dan menentukan keadaan dan perkembangan dunia dewasa ini. Jadi, Asia,
Afrika, dan Amerika Latin adalah daerah kontradiksi terpokok dunia. Inilah
dasar teorinya dari apa yang sering kita nyatakan bahwa Asia, Afrika, dan
Amerika Latin adalah daerah poros NEFO.
Karena itu adalah kewajiban
kaum revolusioner di seluruh dunia sekarang untuk menyokong perjuangan Rakyat
AAA untuk memenangkan revolusi-revolusi di negeri-negeri lain dan revolusi
dunia.
Dengan menyatakan bahwa
kontradiksi yang terpokok dewasa ini adalah kontradiksi antara nasion-nasion
tertindas dengan imperialisme, saya tidak menyangkal kemungkinan terjadinya
mutasi-mutasi. Karena memang baik kontradiksi dasar maupun kontradiksi pokok,
demikian pula kontradiksi yang terpokok itu bisa satu sama lain berganti-ganti,
mengalami mutasi-mutasi. Misalnya bila terjadi perang di antara negeri-negeri imperialis
seperti halnya perang dunia ke-I dan ke-II, maka berarti pada ketika itu
kontradiksi antara imperialisme dengan imperialisme adalah yang terpokok.
Demikian pula kontradiksi antara Sosialisme dengan imperialisme bisa memuncak
hingga menimbulkan peperangan, dan jika itu terjadi maka kontradiksi yang
terpokok adalah antara Sosialisme dan imperialisme.
Dalam hubungan dengan
perbedaan-perbedaan pendapat yang dewasa ini terdapat di kalangan Gerakan
Komunis Internasional, dapat saja diterangkan bahwa salah satu masalah yang
dipersoalkan dalam Gerakan Komunis Internasional adalah dalam menetapkan yang
manakah kontradiksi terpokok di dunia dewasa ini. PKI dan Partai-Partai Komunis
di Asia pada umumnya berpendirian bahwa kontradiksi antara nasion-nasion tertindas
dengan imperialisme itulah yang merupakan kontradiksi terpokok. Partai-Partai
Komunis di luar Asia juga ada yang sependapat dengan Partai-Partai Komunis di
Asia.
Tetapi sebagian lagi dari
Partai-Partai Komunis berpendapat bahwa kontradiksi yang terpokok adalah antara
Sosialisme dengan imperialisme. Dengan demikian semua kontradiksi lainnya harus
disubordinasikan kepada kepentingan penyelesaian kontradiksi ini. Karena
penyelesaian kontradiksi ini diusahakan terutama lewat kompetisi di bidang
ekonomi, maka, demi lancarnya pembangunan ekonomi di negeri-negeri Sosialis, di
atas segala-galanya perdamaian harus dipertahankan, di atas segala-galanya
harus “koeksistensi secara damai”. Kalau kita dalami lebih jauh analisis
demikian itu, maka ini berarti bahwa nasion-nasion tertindas harus membatasi
diri dalam mengganyang imperialisme dan kolonialisme, perjuangan Rakyat-Rakyat
melawan imperialisme dan kolonialisme harus tunduk kepada kepentingan
pembangunan Sosialisme di beberapa negeri Sosialis, tunduk kepada politik
“kompetisi di bidang ekonomi” dan politik “koeksistensi secara damai”.
Ada lagi Partai Komunis yang
berpendapat bahwa kontradiksi terpokok adalah antara proletariat dengan
borjuasi di negeri-negeri kapitalis, karena katanya, proletariat di negeri-negeri
kapitalislah yang langsung memukul imperialisme. Tetapi kenyataannya tidak
demikian. Misalnya saja, perkembangan kapitalis monopoli di Jerman Barat jauh
lebih menonjol jika dibandingkan dengan perkembangan gerakan buruh di negeri
itu. Gerakan buruh di Italia dan Perancis memang penting artinya, tetapi belum
memberikan pukulan yang mematikan kepada imperialisme. Gerakan buruh di
negeri-negeri Eropa Barat dan di Amerika Utara pada umumnya sedang dihinggapi
penyakit-penyakit reformisme dan revisionisme. Gerakan demikian itu tidak
merupakan gerakan revolusioner yang tujuan pokoknya menjebol imperialisme dan
membangun Sosialisme. Kita akan sangat berterima kasih kepada kaum buruh di
negeri-negeri kapitalis, seandainya benar-benar pukulan-pukulan yang
mereka berikan sampai bisa menggoyangkan pilar-pilar imperialisme di negerinya,
karena bila demikan pasti akan sangat mempermudah perjuangan kita di AAA. Tapi
sekarang kenyataannya tidak demikian.
Pilar-pilar imperialisme
sedang digoyangkan oleh Rakyat-Rakyat AAA. Nanti akan datang masanya kaum buruh
di negeri-negeri kapitalis menumbangkan pilar-pilar itu. Oleh karena itu, kaum
buruh di negeri-negeri kapitalis harus solider dengan perjuangan Rakyat AAA
dalam menggoyangkan pilar-pilar yang nanti akan ditumbangkannya itu.
Jadi, kenyataannya sekarang
ialah bahwa kontradiksi atau konfrontasi yang terhebat terdapat di daerah AAA,
yaitu kontradiksi antara nasion-nasion tertindas melawan imperialisme.
Pukulan-pukulan terhebat terhadap alamat imperialisme dilancarkan oleh Rakyat-Rakyat
AAA. Jadi, kalau saya mengatakan kontradiksi terpokok itu ialah antara
nasion-nasion tertindas dengan imperialisme, ini bukanlah karena
pertimbangan-pertimbangan yang mengandung unsur rasialisme atau regionalisme,
tetapi karena memang demikianlah kenyataannya. Juga tidak berarti bahwa kita
mengisolasi diri. Dan akan keliru sekali bila kita tidak memperhitungkan
kontradiksi-kontradiksi lainnya, karena semua kontradiksi itu saling pengaruh
mempengaruhi satu sama lain, saling-hubungan satu sama lain sesuai dengan hukum
dialektika. Hal ini dapat dilihat dengan terang, misalnya ketika kontradiksi di
kalangan imperialis memuncak hingga pecah Perang Dunia I, maka imperialisme
secara keseluruhan menjadi lemah. Keadaan ini mendorong maju perjuangan kemerdekaan
bangsa-bangsa di Asia umumnya, sedangkan proletariat di Rusia berhasil
menggulingkan pemerintah Tsar dan kemudian menggulingkan pemerintah borjuis
serta melahirkan negara Sosialis pertama di dunia. Oleh karenanya, kita sangat
mementingkan solidaritas NEFO.
Oleh : Ubaid Canu
0 komentar:
Posting Komentar